Senin, 29 Maret 2010

pahlawan

Pahlawan berasal dari kata pahala yang diberi imbuhan –wan, bila kemudian dibaca pahlawan karena supaya mudaan adalah membacanya. Tapi menurut pemerintah pahlawan adalah orang mendapat gelar dari presiden sebagai pahlawan. Tapi kata pahlawan sudah mulai luas maknanya. Semua orang bisa menjadi pahlawan bagi orang lain. Tak hanya pahlawan yang diperingati tanggal 10 november saja, yang biasanya hanya lewat upacara tanpa tahu siapa yang ada di dalam tanah apa dia dulu pahlawan atau hanya orang yang kebetulan meninggal waktu pertempuran.
Makna dari perjuangan yang telah lama hilang bahkan kaum yang dikatakan inteektual muda sang penerus bangasa tak tahu nama pahlawan negeri ini. Apalagi meneladaninya, namanya saja tidak tahu bagaimana kita mengingat mereka dan jasa-jasa mereka. Mahasiswa yang harusnya memahami arti perjuangan dari para pejuang yang darahnya telah membasahi tanah ini.
Kata-kata lebih mudah mengagumi dari pada meneladani memang lebih pantas disandangkan dipundak generasi muda bangsa ini. Generasi muda kadang hanya mengagumi itupun hanya sedikit saja apalagi yang meneladani sifat mereka pasti lebih sedikit lagi.
Dijaman yang serba mementingkan urusan perut seharusnya mahasiswa perlu meneladani para pahlawan. Semua orang pasti ingin diangap pahlawan oleh orang lain. Sekarang siapa saja bisa menjadi pahlawan. Tak harus tewas dalam pertempuran cukup berguna bagi orang lain pasti orang tersebut akan mengangap kita pahlawan.
Bagi mahasiswa seperti kita cukup berguna bagi bangsa dan negaranya itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang pahlawan. Atau kembali menjalankan fungsi mahasiswa sepenuhnya tak hanya kuliah, pulang, makan dan tidur, kalau ada tugas atau kuis baru belajar. Itukah mahasiswa yang telah menghabiskan uang negara begitu banyak, yang hanya bisa baca buku di depanya yang tak tahu ada banyak orang yang mengantungkan harapnya pada penerus bangsa ini, parahnya lagi ia merasa bahwa perjuangannya di sini adalah keberuntungan yang patut dirayakan dengan duuk diamdan hanya membaca apa yang ada disekitarnya.
Seorang mahasiswa yang idealis adalah barang langka sekarang ini. Mahasiswa yang katanya adalah penerus bangsa ini, tulang punggung bangsa, tongak perubahan. Tapi nyatannya ketika dia masih muda ketika jiwanya masih bebas tak terikat oleh urusan yang berpotensi melunturkan idealisme. Apa jadinya negara ini akan datang jika yang memimpin adalah orang yang tak punya idealisme. Takut terhadap apa yang dirasa akan mencelakan mereka bahkan akan rela jadi budak hanya untuk menyalamatkan diri tanpa berfikir orang lain, akan jadi apa negara ini jika calon pemimpinnya tak punya keberanian menegakkan keberanian dikala mudanya, tak punya semangat berjuang membela kebenaran dikala dia masih sanggup tanpa memikirkan apa iya akan sengsara atau tidak. Apakah sesuatau yang langka tersebut dapat timbul dari segelintir mahasiswa yan ingin membuat perubahan.
Negara ini membutuhkan sosok manusia yang akan melakukan perubahan. Siapa orangnya? Mungkin ada disekitar kita atau malah kita sendiri yang dibutuhkan bangsa ini, melakukan perubahan yang begitu diimpikan oleh semua yang berpijak diatas tanah ibu pertiwi. Yang dibangun diatas darah dan air mata dari kaum muda juaga. Mungkin tak hanya tanggal 10 november saja kita merayakan hari pahlawan. Sekarang mulai hari ini juga setiap hari akan menjadi hari pahlawan bagi kita, dihari itu kita dapat mengenang dan belajar dari apa yang telah dilakukan apahlawan pada jamannya. Dan kita setiap hari aharus jadi pahlawan bagi diri kita dan berguna bagi orang sekitar kita. Orang yang berguna bagi orang lain, orang itu tak akan pernah mati walaupun jasadnya telah menjadi tanah dan hilang. Ingatlah bahwa pahlawan adalah manusia besar yang tidak akan pernah mati walaupun jasadnya telah tak ada lagi. Dan manusia kecil ketika ia mati maka ia akan mati begitu saja menjadi manusia kecil.

masa lalu, kini, dan nanti

Hidup itu seperti meniti anak tangga. Setiap anak tangga yang terlewati banyak yang didapat. Setiap anak tangga yang terlewati terkadang ada genagan air yang jika tak terlihat akan menjatuhkanmu, ada juga duri, jika kamu beruntung kamu akan dapat koin yang terjatuh dari saku tuannya atau bias dapat lebih besar lagi. Setiap anak tangga yang terlewati membut kita lebih jauh dari tanah asal kita berpijak, di tempat yang tinggi pasti ada persasaan takut jatuh karena angin di tempat tinggi terlalu kencang, tapi di tempat yang tinggi kamu akan banyak melihat yang belum pernah kamu lihat ketika kamu di bawah. Setiap anak tangga yang terlewati kamu akan bertemu seseorang atau kamu berpisah dengan seseorang. Bertemu seseorang di suatu anak tangga, kamu memutuskan akan menyusuri akhir dari sisa anak tangga itu bersamanya, tapi apakah kamu tahu dia dan kamu punya tujuan yang sama? apakah jalan kalian nantinya akan searah? Ketika perjalanmu dengan dia telah dimulai, di suatu anak tangga yang lain dia bertemu seseorang dan harus berpisah denganmu. Itulah hidup bertemu seseorang dan berpisahnya. Sekarang bagaimana denganmu? Apakah kamu masih di anak tangga yang sama dan menunggu dia atau kamu akan terus meniti anak tanggamu sendiri dan berharap bertemu seseorang yang memiliki tujuan yang sama dan arah yang sama denganmu. Atauah kamu merasa bahwa dia adalah orang yang membelah jiwamu dan membawanya pergi? Kamu tak seharusnya berpikir dia telah membelah jiwamu karena jiwamu tak pernah terbelah tapi jiwamu hanya berganti arah. Yang perlu kamu lakukan sekarang hanyalah mencari jiwamu yang sebenarnya masih ada dalam dirimu hanya dia tak satu arah dengamu. Tak perlu menunggu orang lain untuk mengembalikannya hanya kamu yang dapat mengembalikaan separuh jiwamu Karena dia tidak pernah pergi darimu. Tak perlu lagi menenggok ke belakang jika itu akan membuatmu mundur dan sakit. Karena masa lalu adalah pelajaran, masa kini adalah kenyataan dan masa depan adalah gaib. Kamu percaya masa depanmu itu ada tapi kamu tak pernah tahu apa yang aan menimpamu dimasa depan. Yanag kamu jalani sekarang adalah masa kinimu masa lalumu adalah bekal untu masa kini dan masa ini adalah bekal untuk masa depanmu.
Semoga tak menemuan lagi seseorang yang membelah jiwamu dan membawanya pergi, karena jika kamu merasa jiwamu pergi bersamanya hidupmu yang akan hancur karena itu, karena bukankah mengerikan manusia hidup tanpa jiwa, jadi jangan biarkan orang lain membelah jiwamu apa lagi membawanya pergi.
Untuk seorang teman Yang tak mau lagi
menenggok kebelakang

Senin, 15 Maret 2010

tersesat

Di dalam setiap perjalanan, kadang setelah jauh melangkah kita terasa telah salah jalan. Bukan jalan ini seharusnya, perempatan jalan tadi seharunya aku tak mengambil jalan ke kiri tapi ke kanan, atau aku malah harus lurus ke depan.
Bagaimana jika aku putuskan untuk kembali ke perempatan jalan tadi. Bisakah ku coba semua jalan atau aku harus cari tahu dulu mana jalan yang benar. Tapi aku berharap ketika aku temukan jalan yang benar itu umurku mau menunggu, atau aku akan pergi dan tak pernah tahu jalan mana yang harus ku lalui. Apakah ini yang dinamakan hidup adalah jamban penderitaan, derita manusia yang tak pernah puas, derita manusia yang tak tahu jalan mana yang harus di tempuh.
Bersyukurlah jika kita tahu apa yang akan kita capai di depan jalan ini dan tahu apa ynag sedang kita lakuan. Walaupun akan banyak kejutan jika kita terus berjalan, karena hidup itu penuh kejutan dan kejutan itu adalah alat untuk belajar, belajar memahami apa yang kita jalani.
Hidup itu memang seperti puzzel datang seperti kepingan yang harus segera di satukan jika ingin berjalan lebih jauh lagi dan layak menjadi manusia yang dewasa……
Jadi harus ku satukan keping-keping puzzel yang ada di hadapanku sekarang karena inilah yang sedang kuhadapi sekarang……..

cendela hati

Manusia makhluk yang tak tertebak bahkan dari mata yang katanya adalah cendela hati, manusia tetaplah makhluk yang tak tertebak . manusia dengan daya hayal yang tinggi dan manusia dengan segala kekuatan pikiran dan raganya tetaplah tak akan dapat menyelami lautan terdalam di dunia yaitu hati. Hati manusia tempat perasaan itu tinggal. Perasaan , perasaan bukanlah makhluk bukan pula benda mati tapi perasan adalah rumah hati kita, mungkin jiwa adalah pembungkus perasaan tapi sesunguhnya perasanlah yang membungkus jiwa itu. Perasaan yang tak berbebtuk nyata yang berserat halus lebih halus dari sutra. Jangan pernah menganggap ringan arti perasaan, jika ada apa-apa dengannya mungkin raga kita tak ada masalah tapi jiwa yang terbungkus oleh perasaan seperti pelangi yang meluruh setelah hujan, hilang tak berwarna dan tak mempunyai rasa. Jangan macam-macam dengan perasaanmu, perasaanmu rumah hatimu yang hanya dihuni dirimu sendiri. Tak ada yang dapat masuk ke dalamnya, jika kau tak mau terluka, biarlah semua menjadi tamu hatimu dan jangan biarkan mereka masuk kedalam rumah hatimu. Rumah hatimu milikmu sendiri tempat untukmu sendiri. Tempat dimana ketika dunia menjauhimu bahkan ragamu sudah tak mau lagi mematuhimu, rumah hatimu adalah tempat istirahatmu dan tempat pertama dan terakhir kau kembali.

Kamis, 04 Maret 2010

Peluh

Akulah peluh
akulah keluh
aku akan terbang ke angkasa
berdo'a diantara kepakan dzikir elang raksasa
aku berteman dengan angin
berdo'a bersama dzikir angin sepoi memanja
tapi aku tetaplah keluh
keluh berpeluh yang akan terbang ke angkasa
tak tergoyahkan oleh sepoi angin memanja